Pembina Pramuka Dituntut Mampu Sikapi Tantangan Pandemi, 100 Anggota Dewasa Jalani KMD Daring 5 Hari
MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO- Gerakan Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Purworejo mengadakan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Tahun 2021 di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) selama 5 hari, Selasa-Sabtu (9-13/2). Melalui kegiatan itu, para pembina nantinya diharapkan mampu menyikapi berbagai tantangan kegiatan kepramukaan di gugus depan (Gudep) di tengah kondisi pandemi Covid-19. Berbeda dengan KMD bisasanya, KMD kali ini digelar secara Daring (dalam jaringan) penuh. Kegiatan yang bersifat Luring (luar jaringan) hanya dikhususkan bagi para pembina atau pelatih yang berada di Sanggar Bakti Pramuka, seperti saat upacara penutupan pada Sabtu (13/2). Prosesi penutupan ditandai dengan penyerahan kembali bendera Pataka Pusdiklatcab oleh Pimpinan Kursus, Eko Gusnawan SPd, kepada Wakil Ketua Bidang Pembinaan Anggota Dewasa Kwarcab Purworejo, Titik Mintarsih MPd, selaku pemimpin upacara mewakili Ketua Kwarcab. Eko Gusnawan dalam laporannya menyebut KMD diikuti 100 peserta dari kalangan guru dan mahasiswa. Selama 5 hari, mereka mendapatkan berbagai materi, baik teori maupun praktik, dari Tim Pelatih Kwarcab Purworejo. “Dapat kami laporkan bahwa dari 100 peserta, 97 orang dinyatakan lulus dan 3 orang ditangguhkan untuk kelulusannya,” sebutnya. Dijelaskan, KMD bertujuan untuk memberikan bekal pengetahun dan keterampilan kepada anggota gerakan Pramuka dewasa guna meningkatkan kemampuan dalam mengasuh peserta didik dan mengelola satuannya sehingga mutu kegiatan semakin meningkat dan terarah sebagai pembentukan peserta didik yang berkarakter pada situasi pandemi Covid-19. “Selama kursus ini peserta full daring yang menuntut penguasaan teknologi informasi. Ini sejalan dengan tujuan kursus, yakni agar para pembina menjadi terampil dan adaptif terhadap pola-pola pelatihan berbasis teknologi,” jelasnya. Sementara itu, Titik Mintarsih menegaskan bahwa Pramuka sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah masih kerap dipandang sebelah mata dan banyak mendapat stigma negatif dari sebagian siswa dan guru. Antara lain dianggap kurang menarik serta tidak kekinian alias kuno. Di sisi lain, masih banyak pembina Pramuka yang belum memiliki kualifikasi standar sehingga tidak mampu mengoptimalkan kegiatan Pramuka. “Karena itu, melalui kegiatan kursus seperti ini kami berharap agar para pembina dapat terus meningkatkan kreativitasnya sehingga kegiatan kepramukaan di sekolah lebih menarik,” ungkapnya. Baca Juga Jelang Putusan MK, PKL, Relawan 02 dan Tukang Becak di Purworejo Gelar Doa Bersama “Harapan kami seorang pembina saat ini juga tidak hanya mempelajari tentang semafor, morse, dan sandi. Melalui IT pembina juga harus bisa menciptakan sandi-sandi sebagai pengganti sehingga saat pelatihan Daring lebih menarik,” sambungnya. Lebih spesifik Titik berpesan agar para pembina dapat mengkreasikan program peningkatan karakter siswa dengan lebih intens menyampaikan pesan-pesan moral dan keteladanan. Sebagai contoh, memperdengarkan lagu-lagu kebangsaan serta hormat bendera saat memulai kegiatan. “Baik saat Daring maupun Luring. Sehingga khususnya saat daring, anaanak didik yang tidak masuk sekolah tetap merasa mendapat support untuk menguatkan karakter nasionalisme,” tegasnya. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: